BELAJAR DI RUMAH, BERIBADAH DI RUMAH


Oleh: Dzakiron, Guru PAI SDN 01 Tenogo

Assalamualaikum, Ibu/Bapak Orang Tua/Wali Murid yang semoga dirahmati Allah.....

Salah satu hikmah #BelajariDariRumah pada masa Pandemi Covid-19, yang pada bulan ini kembali diperpanjang sampai 20 Juni 2020 nanti, adalah semakin banyak waktu yang tersedia untuk menemani anak-anak belajar dan beraktifitas. 

Tentu kondisi setiap keluarga tidaklah sama karena sebagian mungkin harus tetap beraktifitas atau bekerja di luar rumah sebagai rutinitas. Tetapi, secara umum, waktu yang semula anak-anak pergunakan untuk belajar di sekolah menjadi sepenuhnya belajar di rumah.

Selain mendampingi belajar, termasuk belajar online plus mengerjakan tugas-tugas, waktu yang tersedia untuk #BeribadahDiRumah pun semakin banyak. Artinya: Ibu/Bapak memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mendampingi sekaligus memantau ibadah anak-anak tercinta.

Bila dulu sepulang sekolah anak-anak bisa menggunakan alasan lelah setelah setengah hari beraktifitas di sekolah untuk menghindar dari pelaksanaan Sholat Zuhur, misalnya, saat ini mungkin alasan tersebut tak lagi bisa digunakan.

Karenanya, di tengah Pandemi seperti saat ini, dengan segala situasi dan kondisinya, yuk tetap jaga semangat kita untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat beribadah anak-anak. Selain sebagai sebuah pemenuhan kewajiban sebagai orang tua, dengan cara itu, pada saat yang sama kita sedang memberikan teladan mulia kepada mereka bahwa dalam situasi dan kondisi sulit sekalipun kita tetap ingat kepada Tuhan yang masih memberikan kita kesempatan untuk bernafas hingga detik ini.

Terakhir, bila kita sama-sama mengimpikan mereka kelak menjadi putra-putri yang solih/solihah, jangan lupakan satu hal: anak solih/solihah tidak hadir dengan tiba-tiba, sim salabim, alias ujug-ujug. Ia berproses dengan waktu, ia bercengkrama akrab dengan keteladanan, ia tumbuh laksana tunas bersama nasihat-nasihat baik yang tak pernah jemu disuarakan seperti angin yang tak lelah berhembus, ia berkembang laksana tunas 

Bila kita abai, atau bahkan tak peduli dengan segala proses lelah dan segala jungkir baliknya, lalu siapa yang akan kita harapkan kelak mendoakan kita bahkan ketika kita sudah terkubur di bawah tanah sedangkan kita tahu bahwa salah satu amalan yang tidak terputus kala kita di alam baka adalah DOA ANAK YANG SOLEH?

Bila kita jenuh belajar agama lalu enggan mengamalkannya lebih dari sebuah kewajiban, bagaimana kita akan mendidik anak-anak kita menjadi solih/solihah?

Mereka, anak-anak kita, adalah amanat yang dititipkan Allah kepada kita. Bila kemudian mereka tak mengenal agamanya, mereka asing dengan ibadahnya, mereka gagap dengan bacaan mulia Al-Qur’an, dan mereka enggan bermesraan dengan Tuhannya karena seperti itulah yang kita pertontonkan setiap waktu dengan gagah berani di depan mereka, bagaimana kita mempertanggunjawabkannya kelak di hadapan Allah?

Post a Comment

0 Comments